MA’RIFATUL
Mencermati kehidupan Rasulullah memang tiada habisnya. Setiap jengkal kehidupannya, setiap detik hembusan nafasnya, semua mengandung hikmah yang begitu besar, akbar. Sekali beliau berjalan di tengah
Tentu gelar tersebut sebenarnya tidak dibutuhkan oleh beliau. Cukup ridho dari Allah subhanallahu wa ta’ala saja, serta lurusnya aqidah umat ini sudah sangat cukup baginya. Karena ketika malaikat Jibril turun untuk menyampaikan wahyu, turun untuk menyampaikan kabar kenabian beliau, maka kejujuran dan keikhlasan beliau tidaklah diragukan lagi. Bahwa memang gelar yang beliau terima oleh generasi-generasi jauh sesudah beliau memang pantas beliau terima. Bayangkan, 1,3 milyar umat Islam saat ini adalah hasil cinta berdarah-darah dari Rasulullah dan sahabat-sahabatnya, serta hasil jerih payah para Rasul pendahulunya. Sudah begitu banyak cerita kaum para Rasul yang (kebanyakan) harus berakhir dengan kebinasaan karena tidak mau mendengar seruan kebenaran.
Tantangan dan kewaspadaan beliau tidak dimulai sejak beliau mulai mendakwahkan ajaran agama Islam, tapi bahkan ketika tersiar kabar bahwa beliau merupakan Nabi penutup Nabi-Nabi yang ada sebelumnya, salah seorang penganut Nasrani yang taat saat itu, Waraqa, sudah mengingatkannya untuk berhati-hati. "Demi Dia Yang memegang hidup Waraqa. Engkau adalah Nabi atas umat ini. Engkau telah menerima Namus Besar seperti yang pemah disampaikan kepada Musa. Pastilah kau akan didustakan orang, akan disiksa, akan diusir dan akan diperangi. Kalau sampai pada waktu itu aku masih hidup, pasti aku akan membela yang di pihak Allah dengan pembelaan yang sudah diketahuiNya pula." Lalu Waraqa mendekatkan kepalanya dan mencium ubun-ubun Muhammad. Muhammadpun segera merasakan adanya kejujuran dalam kata-kata Waraqa itu, dan merasakan pula betapa beratnya beban yang harus menjadi tanggungannya.
Kita ketahui bersama, bahwa keadaan kaum jahiliyah yang hidup saat itu benar-benar berada jauh di titik minus, terlalu jauh tersesat. Sehingga pelurusan aqidah merupakan dasar dari seluruh ajran dakwah beliau, karena memang hal itulah yang akan menjadi dasar dakwah beliau yang lain. Karena memang kerusakan terbesar masyarakat saat itu juga adalah masalah prinsip ketuhanan. Sudah banyak berbagai macam tuhan yang mereka sembah. Apalagi masyarakat saat itu memiliki kaum-kaum dan golongan-golongan yang hidup secara bersama-sama. Keterikatan kemusyrikan mereka begitu kuat, tidak mudah ditembus. Hal inilah yang membuat dakwah (bahkan sampai saat ini) tidak begitu saja mudah dilakukan, harus memutar otak agar bisa diterima oleh masyarakat. Salah satu usaha turun temurun beliau yang cukup terkenal adalah dengan “menyerang” pemimpinnya.
Setiap kaum pasti punya pemimpin. Rasulullah sendiri hidup pada masa di mana berdiri dua imperium yang sangat-sangat agung, luar biasa besar, yaitu Romawi dan
Beliau memulai dakwah dengan berkirim
Setelah mendapat teguran tersebut, baru kemudian beliau sedikit mengubah cara dakwah beliau menjadi rekruitmen “relawan” dalam berdakwah. Hasilnya, sederet barisan sahabat-sahabat beliau mengantre untuk mendapatkan jatah ke surga. Caranya pun dibuat seragam, yaitu memulai dakwah dengan dimulai dari keluarga, sahabat dan lingkungan sekitar, baru menyebar di seluruh penjuru
Namun lama kelamaan, orang kafir dan musyrik mulai tidak suka dengan ajaran agama Islam yang semakin bertambah luas. Hal ini menyebabkan peperangan benar-benar harus terjadi. Layaknya perjanjian, peperangan juga sering terjadi. Menang kalah sudah dilewati oleh pasukan perang umat Islam. Rasulullah tetap membuat strategi perang untuk menghadapi kekuatan kaum kafir. Beliau selalu mengutamakan musyawarah untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Hal ini dilakukan agar setiap komponen pasukan perang bisa menerima dengan ikhlas setiap hasil perang, menang ataupun kalah.
Kecerdikan serta kecermatan beliau dalam melangkah, dalam memilih jalan ini patut kita contoh, untuk kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Bahwa setiap marhalah itu ada tantangannya sendiri-sendiri. Pada akhirnya juga memiliki strategi yang berbeda. Perlu adanya kekompakan dalam setiap komponen dakwah, kecermatan fisik dan mental dalam menghadapi setiap tantangan. Hal ini dilakukan agar diperoleh hasil yang optimal.
Allahu Akbar !!!